Aku sangat respect dan kagum pada orang-orang yang memiliki disabilitas atau kekurangan tetapi tetap mampu berprestasi. Beberapa diataranya bahkan bisa memiliki penghasilan lebih besar dari kebanyakan orang, seperti Sir Richard Branson (founder Virgin Air), David Boies (pengacara ternama di Amerika Serikat), dan Gary Cohn (bankir investasi ternama di Amerika Serikat). Mereka semua memiliki satu kesamaan, yaitu disleksia. Disleksia adalah gangguan membaca dan menulis sejak kecil dan beberapa penderitanya bisa mengidap disleksia tersebut seumur hidup. Bagaimana dengan pada penderita disabilitas jenis lainnya? Ya, tentu saja aku juga kagum dan banyak juga dari Indonesia. Salah satu yang kuingat adalah Stephani Handojo, si Juara 1 Special Olympics tahun 2011 di cabang renang.
Kalau kamu tinggi dan berpenampilan menarik, kemudian kamu belajar dengan giat dan tekun untuk menjadi model profesional itu dinamakan belajar kapitalisasi. Kebanyakan orang hidup dengan belajar kapitalisasi, memaksimalkan bakat yang mereka miliki. Yang pandai dan suka bereksperimen menjadi ilmuwan, yang pintar menghibur dan berakting menjadi entertainer, Yang suka melihat angka-angka, berhitung dan teliti menjadi akuntan. Dan masih banyak lagi contohnya yang tidak bisa kusebut satu persatu. Terdengar wajar bukan? Ya.
Bandingkan kisah Boies si pengacara ternama di Amerika Serikat. Beliau mengidap kesulitan membaca sejak kecil, bahkan masih sampai sekarang. Akibatnya, nilai-nilai pelajarannya jelek. Jangankan mengerjakan soal, membaca soalnya pun dia perlu waktu 2 jam. Boies beruntung karena ketika kecil dia tinggal di pedesaan dan ketidakmampuan membaca bukan masalah utama disana. Banyak dari temannya juga putus sekolah untuk melanjutkan bekerja di bidang pertanian. Orang tuanya sendiri merasa sudah bahagia begitu Boies lulus SMA (Sekolah Menengah Atas), dikarenakan sadar atas kekurangan pada anaknya.
Selepas SMA, Boies bekerja di beberapa bidang seperti konstruksi dan bank. Dia menikah dan menjalani kehidupan yang nyaman, setidaknya untuk orang disabilitas. Pandangan tentang masa depannya berubah ketika anak pertamanya lahir. Istrinya menjadi lebih serius tentang masa depan keluarga mereka. Boies pun mengambil kuliah dan sekolah hukum karena ketika kecil dia kagum dengan bidang hukum. Dia memutuskan menjadi litigator daripada pengacara korporat. Untuknya, pekerjaan litigator lebih mudah daripada pengacara korporat yang mengharuskan membaca ratusan halaman dan catatan kaki dalam satu kasus. Dia mengandalkan kemampuan mendengar, mengingat dan meringkasnya. Tindakan-tindakan yang telah dia lakukan sejak kecil untuk mengkompensasi kesulitannya dalam membaca. Hal tersebut sangat membantunya ketika menangani kasus. Kemampuan mendengarnya membuat beliau bisa memahami kasus yang dia tangani dengan baik, beliau juga ingat hal-hal penting pada kasus yang dia tangani yang bisa jadi penentu pada kemenangan suatu kasus. Kemampuan meringkasnya membuatnya tidak terjebak pada detil-detil yang menyulitkan. Beliau adalah seorang manusia yang memiliki kemampuan mendengar, mengingat, dan meringkas rata-rata pada awalnya. Tetapi disleksia "memaksanya" untuk memaksimalkan kemampuan rata-ratanya itu. Agar memahami pelajaran, ibunya sering membacakan buku untuknya, sehingga dia harus menjadi pendengar dan pengingat yang baik. Selain itu, dia perlu meringkas hal-hal penting agar bisa diingat kembali jika dibutuhkan. Hal tersebut dilakukan sejak kecil hingga dewasa dan tanpa disadari kegiatan kompensasi tersebut sangat berguna ketika bekerja sebagai pengacara.
Pada setiap kasus anak disabilitas peran lingkungan terutama orang tua sangat diperlukan untuk terus mendukung mereka menyelesaikan masalah. Dan pada kasus Boies, dia mendapat dukungan penuh dari ibunya. Ibunya dengan sabar membacakan buku padanya agar dia bisa belajar dengan lebih baik. Kalau dilihat pada zamannya, kasus disabilitas saat itu masih jarang sekali dan orang tuanya bukanlah pengidap disabilitas. Bagi orang tuanya, tentu akan lebih mudah kalau bilang anak mereka malas belajar sehingga kesulitan membaca. Terdengar logis, bukan hanya bagi orang tuanya tetapi juga orang yang mendengar penjelasannya. Tetapi mereka memutuskan untuk bekerjasama dengan anaknya dan membantunya belajar. Si anak belajar mengkompensasi kekurangannya dengan sangat baik sehingga menjadi orang sukses dan bisa menginspirasi banyak orang yang memiliki keterbatasan.
*Data banyak diambil pada Buku David and Goliath, karya Malcolm Galdwell, bab David Boies, Anda tak bakal berharap anak anda disleksia, Benar begitu?
0 komentar:
Post a Comment